Notaris Yustiana Servanda Dituduh Pemalsuan, Rekan Se-Kabupaten Beri Dukungan

SEMARANG (Harianterkini.id) – Puluhan notaris se-Kabupaten Demak geruduk kantor Pengadilan Negeri (PN) Semarang. Kehadiran mereka untuk memberikan dukungan moril kepada notaris Yustiana Servanda, SH, MKn, yang diduga dikriminalisasi dalam perkara dugaan pemalsuan akta rapat umum pemegang saham (RUPS) luar biasa PT Mutiara Arteri Property (PT MAP), dalam sidang keterangan saksi pada Senin (24/2/2025).
Aksi dukungan itu salah satunya dengan membentangkan tulisan-tulisan di luar ruang sidang R. Soebekti. Dimana salah satu tulisan paling menonjol adalah “Stop Kriminalisasi Notaris Yustiana Servanda”, serta banyak tulisan lainnya.
Dukungan itu juga diberikan dengan memantau langsung proses sidang keterangan saksi yang sedang berlangsung. Diantaranya saksi yang diperiksa adalah Ade Teguh Chandra, dr. Monika, dan Kho Soh Tjin.
Dimana aksi dukungan itu dipimpin langsung oleh Ketua Pengurus Daerah (Pengda) Ikatan Notaris Indonesia (INI) Kabupaten Demak, Syamsul Arifin, SH, MKn, dan Sekretarisnya, Askanah, SH, MKn.
Bentuk dukungan yang dilakukan INI Kabupaten Demak, diantaranya memberikan surat permohonan pengalihan tahanan kota atasnama Yustiana Servanda, ditujukan kepada Ketua PN Semarang, dan majelis hakim pemeriksa perkara.
Surat itu diterima langsung oleh Humas PN Semarang, Heruno Patriadi. Setelah audiensi sejenak dengan humas.
Tim INI bergegas memantau jalannya persidangan agenda saksi. Selain itu, juga memberikan ucapan dukungan penyemangat secara langsung ke terdakwa.
“Kami dari Pengda INI Demak datang ke pengadilan untuk memberikan support karena ada anggota kami diduga dikriminalisasi, karena anggota kami sudah melakukan tugasnya. Kalau disangka ada pelanggaran nanti biar kita lihat putusan pengadilan,”kata Ketua Pengda INI Kabupaten Demak, Syamsul Arifin, SH, Mkn.
Pada intinya, lanjutnya, pihaknya melihat sementara dari keterangan saksi-saksi pada sidang memang mengaku yang menandatangani akta tersebut.
Hal itu setelah ditunjukkan bukti-bukti disidang. Makanya pihaknya memberikan dukungan moril ke sesama notaris, guna mencegah agar tidak ada lagi notaris sampai dikriminaliaasi kedepannya.
“Harapan kami Yustiana Servanda bisa ditangguhkan penahanannya, karena merupakan tulang punggung keluarga, ditambah orangtuanya juga sakit. Persoalan kalau memang ada kesalahan etika notaris, itu ada kewenangan sendiri, yang jelas kalau dituduhkan dalam akta menghadap tapi faktanya tidak menghadap, seharusnya hanya turun grade atau di gradasi menjadi akta dibawah tangan, bukan palsu,”sebutnya.
Sementara itu, dalam persidangan, saksi Ade Teguh Chandra, terkait akta sepemahamannya saat itu merupakan tandatangan perjanjian internal.
Yang nantinya apabila ayahnya meninggal untuk meneruskan pekerjaan. Sehingga lebih tandatangan akta semacam wasiat, karena saat itu sedang masa pandemi covid-19.
Adapun terkait kuasa lisan dari Michael Setiawan, ia sendiri menegaskan tidak pernah, bertandatangan pada akta kuasa lisan tersebut.
Hanya saja seingatnya Retno, staf notaris Dewi Kusuma, SH memang pernag memintanya tandatangan.
“Jadi saya tandatangan aja pas diminta bu Retno, saya juga ada menulis, apa yang ditulis saya lupa. Kuasa lisan dari Michael Setiawan saya tidak tahu akibat hukumnya, Michael melaporkan setahu saya akta 13 itu tidak ada sebenarnya,”kata Ade Teguh Chandra, dalam keterangannya dipersidangan.
Namun demikian, setelah dicecar kuasa hukum terdakwa Evarisan, saksi Ade mengaku memang tandatangan, namun isinya tidak tahu.
Saksi mengaku memiliki pendidikan sarjana bidang manajemen dan pernah membuat perusahaan. Hanya saja terkait akta nomor 13 tahun 2020, ia mengaku tidak tahu.
Akan tetapi, ia memang pernah diperlihatkan kepolisian saat penyidikan. Hanya saja tidak membaca isinya.
“Sebagai kuasa lisan Michael di akta itu tidak tahu. Laporan Michael tidak tahu, isi akta 13 sekarang ini tahu. Didalam akta tandatangan itu ada orangtua saya, dan dr Setiawan. Kalau tulisan kuasa lisan mewakili Michael, saya menulis dari apa yang disuruh bu Retno. Karena notaris Dewi seperti tante saya sendiri. Tapi tulisan apa saya lupa, penting saya disuruh apa, saya tulis,”sebutnya.
Saksi juga menegaskan, terkait tulisan tangan di akta nomor 13 sebagai kuasa lisan Michael dirinya baru melihat.
Saksi sendiri mengaku saat menulis dalam keadaan sehat dan cakap secara hukum. Namun semua itu, ditegaskannya, atas permintaan Retno.
“Terkait akta nomor 13 yang palsu saya tidak pernah bertemu notaris Yustiana, saya memang datang sore ke notaris Dewi. Kalau akta harusnya dibacakan dihadapan penghadap. Gambaran identitas para pihak di akta 13 tidak saya baca,”sebutnya.
Sama halnya dengan saksi, dr. Monica, mengaku terkait data identitas KTP foto copy anaknya Michael Setiawan, memang ada di stafnya yang ada di perusahaan keluarga.
Ia juga menegaskan terkait copy KTP anaknya di gunakan keluarga diizinkan boleh atau tidak, sepemahamannya sudah sepengetahuan anaknya.
Karena sepemehamannya apabila suaminya menggunakan copy KTP Michael tak jadi masalah.
“Di dalam akta Michael gunakan akta untuk ade tidak tahu. Identitas KTP anak saya Michael digunakan suami saya untuk buat akta tidak keberatan. Michael memang putra saya tapi tidak ada hubungan dengan PT MAP, pemegang saham tidak ada. Saya juga hanya punya rekening BRI, kalau rekening BCA saya ndak tahu. Kalau dipakai perusahaan saya ndak tahu. Rekening giro ndak tahu, itu diurusi PT MAP,”jelasnya.