Gelar Seminar Efisiensi Anggaran VS Kinerja Perawat, HPMI Jawa Tengah : “Pelayanan Pasien di Rumah Sakit Tetap Profesional”

SEMARANG, (Harianterkini.id) – Himpunan Perawat Manager Indonesia (HPMI) Jawa Tengah (Jateng) berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah (Prov Jateng) menggelar seminar terkait Efisiensi VS Kinerja Perawat, di Gedung Pertemuan Dinkes Prov Jateng, lantai 8, Kota Semarang, 12 April 2025.
Pada kesempatan itu, datang sebagai narasumber (narsum) yakni, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yunita Diah Suminar, SKM, M.Sc, M.Si (selaku pembicara utama) – Ketua (Pengurus Pusat) PP HPMI, Dr. Didin Syaefudin, S.Kp., MARS (narsum) dan Ketua Pengurus Wilayah (PW) HPMI Jateng periode 2020-2024, Dr. Sutrisno, SKM,.M.HKes (narsum).
Acara seminar Efisiensi VS Kinerja Perawat di pandu oleh moderator yakni, Puji Krisdiantoro, S.Kop.,Ns.,MM.,MH.
Selain menggelar seminar, HPMI Jateng juga sekaligus melaksanakan pelantikan pengurus HPMI Jateng periode 2025-2029 dan Rapat Kerja Wilayah (RAKERWIL).
“Jadi, kebetulan memang kita acaranya pelantikan sekaligus Rapat Kerja Wilayah (RAKERWIL) dari pengurus wilayah HPMI Jawa tengah. Alhamdulillah tadi sudah di buka oleh ketua DPW HPMI,” kata Ketua Pengurus Wilayah (PW) HPMI Jateng terpilih periode 2025-2029, Dr. Aris Sunandar, S.Kep, Ns, M.Kes, saat dijumpai wartawan di lokasi acara, Sabtu, 12 April 2025.
“Ini adalah bagan kelengkapan dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang isinya adalah anggotanya dari temen-temen perawat, manager, dari para direktur, para wakil direktur trus kepala bidang, serta kepala ruang di unit layanan termasuk rumah sakit maupun klinik,” imbuhnya.
Berkaitan dengan efisiensi anggaran instruksi Presiden (Inpres) Nomer 1 Tahun 2025, HPMI Jateng yang berkolaborasi dengan Dinkes Jateng dalam seminar kali ini membahas tiga (3) tema yang berkaitan dengan efisiensi anggaran.
Ketiga tema yang menjadi pembahasan narsum diantaranya yakni, kebijakan dan strategi efisiensi dalam manajemen pelayanan berfokus pada pasien di Rumah Sakit, manajemen perencanaan & budgeting keperawatan berbasis efisiensi dan Best Experience : efisiensi dalam tata kelola Rumah Sakit.
“Ya jadi, kalau berbicara soal efisiensi anggaran itu kan semuanya terkena imbasnya dan hari ini kita diskusikan bersama Kepala Dinas kesehatan Provinsi Jawa Tengah yang notabennya beliau juga ketua OBK dari Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Jiwa Daerah, di provinsi Jawa tengah,” jelasnya.
“Trus kebetulan juga ini kan tadi hadir ketua dari PP HPMI yang mana beliau adalah Kepala Bidang Keperawatan RSPAD Jakarta dan Pak Tris mantan Direktur Umum dan Keuangan di RSWN Semarang dan ini menjadi pas yang mana untuk di bidang kesehatan ini adalah kaitan dengan yang sekarang ini lagi update,” lanjutnya.
Dr. Aris Sunandar juga mengatakan bahwa terkait efisiensi anggaran memang sangat berdampak pada beberapa hal, namun tidak pada pelayanan pasien yang ada di Rumah Sakit swasta maupun Rumah Sakit pemerintah.
Pihaknya juga memastikan bahwa pelayanan pasien oleh perawat di Rumah Sakit akan selalu profesional.
“Nah kenapa perawat ini menjadi penting, karena jumlahnya sangat banyak, yakni 44,7 % di Rumah Sakit. Rata-rata jadi hampir separo dan itu jumlahnya adalah perawat. Sehingga disinilah pentingnya efisiensi itu tetap dilakukan, tetapi tetap mengedepankan profesionalisme kinerja atau pekerjanya,” ungkapnya.
“Nah kinerja itu berbasis pelayanan yang berfokus pada pasien, pelayanan berbasis pada pasien itu sebagai indikator utama tetapi tetap di dampingi proses efisiensi, maka harus di awali dari sebuah perencanaan yang sangat matang, sehingga segala sesuatunya itu bisa terukur dan dapat di monitoring serta di evaluasi,” pungkasnya.
Ketua Pengurus Wilayah (PW) HPMI Jateng terpilih periode 2025-2029 itu juga sangat mendukung dengan adanya efisiensi anggaran instruksi Presiden (Inpres) Nomer 1, Tahun 2025. Terkait dengan efisiensi anggaran ini, pihaknya juga mengatakan bahwa managerial perawatan tetap akan dioptimalkan.
“Karena kami jumlahnya cukup banyak 44,7 % itu, sehingga efisiensi ini menjadi indikator utama, indikator utama dalam melandasi pelayanan yang berfokus pada pasien itu. Memang Rumah Sakit jumlah paling besarnya adalah perawat, sehingga kami merasa penting untuk berkontribusi dalam melaksanakan efisiensi itu sendiri,” ujarnya.
Terkait dengan penghasilan tambahan untuk perawat selain gaji perawat dalam hal pemotongan Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP), Dr. Aris Sunandar menegaskan bahwa efisiensi tidak akan berpengaruh pada kinerja perawat untuk melayani pasien.
“Jadi diskusi kita kali ini, adalah profesionalisme ini tetap di lakukan melengkapi kinerja yang ada, tetapi memang anggaran pembiayaan itu tentunya dengan pelaksanaan profesi yang tepat. Jadi untuk pelayanan kepada pasien harus tetap nomer satu (1), jadi efisiensi ini tidak akan ada pengaruhnya terhadap kinerja perawat,” tegasnya.
“Maka diawali dengan perencanaan yang pasti harus berkontribusi langsung dalam pemenuhan pelayanan pada pasien. jadi yang perlu dilakukan adalah terkait efisiensi ini di mulai dari hal-hal yang kecil seperti misalkan kalau kita tidak butuh lampu siang hari maka lampu harus mati, dan kalau misal kita butuhnya kasa hanya lima kenapa harus 10 dan seterusnya sehingga untuk pelayanan itu menjadi optimal tetapi angka nominal keuangannya juga sesuai, serta tidak ada pemborosan, jadi itu yang kami maksudkan dengan efisiensi,” katanya.
Berkaitan dengan tadi, lanjut Dr. Aris, karena memang setiap profesi termasuk yang ada di perawat itu ada imbalan jasa namun itu untuk Rumah Sakit Pemerintah sudah tercover dalam gaji dan tunjangannya sedangkan untuk Rumah Sakit swasta tentu ada story yang akan di perhitungkan.
“Terkait permasalahan yang muncul misalnya seperti kemaren, Jadi itu ada surat edaran bagi Rumah Sakit Vertikal, dan memang kemaren kita bisa lihat bersama salah satu Rumah Sakit Vertikal terbesar di Jogja, kira-kira begitu ada sedikit dalam tanda kutip yang disuarakan itu memang tentunya komunikasi. Jadi komunikasi sangat penting, sehingga semuanya kebijakannya adalah merasa dimiliki,” bebernya.
“Jadi ketika komunikasi itu disampaikan dengan baik insyaallah segala sesuatunya bisa dikondisikan dan gejolak-gejolak itu dapat dimitigasi kira-kira begitu,” imbuhnya.
Terakhir, Dr. Aris menyimpulkan bahwa untuk penghematan anggaran itu tidak berpengaruh pada kinerja perawat dalam melakukan pelayanan pasien yang ada di Rumah Sakit.
“Pastinya kinerja perawat untuk pelayanan-pelayanan pasien tetap diutamakan walaupun itu tadi dengan keadaan atau kondisi efisiensi dan emang selayaknya efisiensi ini kita kita dukung karena masih banyak di sana sini kegiatan yang sesungguhnya itu memang tidak perlu dilakukan,” kata Dr. Aris.
“Segala sesuatu pencegahan yang sudah terlanjur, misalkan tadi seperti lampu, barang-barang atau barang habis pakai sesungguhnya itu misalnya jumlahnya 10 digunakan hanya lima pentingnya tetap 10, nah itu yang sesungguhnya dlakukan penyederhanaan sesuai kebutuhan, jadi kira-kira begitu dan kinerja tetap nomer satu. Terkhusus pada kebutuhan dan pelayanan pada pasien,” pungkasnya.
Pada kesempatan acara seminar yang digelar, juga dihadiri hadir para Manager Perawat se-Kota Semarang baik swasta maupun pemerintah.
“Ada dari Rumah Sakit Kariadi, ada Primaya Hospital Semarang, Sultan Agung, Samsul Hidayat, ada juga dari Romani,” ungkapnya.
Sebagai informasi bahwa jumlah perawat yang tersebar di Rumah Sakit seluruh Jawa Tengah ada sekitar 84.000 ribu perawat.
“Jadi untuk di kota Semarang sendiri ada 11.000 ribu perawat, sedangkan di solo itu jumlah perawat terbesar kedua kurang lebih 7 ribuan sekian, jadi paling banyak itu di kota Semarang karena rumah sakitnya paling banyak,” tutupnya.***