Tim Pakar USM Kaji Inovasi ITB ‘Smart Battery Management System’

InShot_20251029_133105494
Bagikan:

SEMARANG, (Harianterkini.id) – Di tengah upaya pemerintah mempercepat transisi energi dan mendorong adopsi kendaraan listrik, sebuah inovasi strategis dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi sorotan nasional.

Smart Battery Management System (SBMS) Berbasis Cloud Native dan Edge Device, karya Prof Ir Edi Leksono M Eng PhD, tengah dikaji secara komprehensif oleh Tim Pakar/Pengkaji Universitas Semarang (USM) dalam rangkaian kegiatan Pra-Studi Kelayakan Produk Riset Perguruan Tinggi pada Program Dorongan Teknologi 2025.

Kegiatan dua hari yang berlangsung pada 27-28 Oktober 2025, di Fakultas Teknik Industri ITB itu dipimpin langsung oleh Prof. Dr. Ir. Mudjiastuti Handajani, M.T., didampingi empat pakar multidisiplin Dr. Ir. Andi Kurniawan Nugroho, S.T., M.T., IPM. (teknis), Dr. Any Setyarini, S.E., M.M. (pasar dan model bisnis), Dr. Ardiani Ika Sulistyawati, S.E., M.M., Ak., CA., CPA. (keuangan dan risiko), Dr. Agus Saiful Abib, S.H., M.H., (regulasi).

Baca Juga:  Perkuat Sinergi dalam Pembangunan PSN, PLN Lakukan Audiensi dengan Kemenag Jawa Tengah

Di hari pertama, Senin, 27 Oktober 2025, Tim Pakar menggelar Focus Group Discussion (FGD) bersama perwakilan PT Pertamina (Persero) mitra strategis ITB dalam pengembangan ekosistem energi bersih.

Diskusi menyoroti potensi integrasi SBMS dalam infrastruktur penyimpanan energi nasional, termasuk untuk stasiun pengisian kendaraan listrik (SPKLU) dan sistem penyimpanan tenaga surya.

”SBMS ini bukan sekadar alat monitoring baterai. Ini adalah ‘otak’ yang menjaga efisiensi, keamanan, dan umur pakai baterai baik di kendaraan listrik maupun di sistem penyimpanan stasioner,” ujar Prof. Edi Leksono saat memaparkan arsitektur sistem yang menggabungkan edge computing untuk respons cepat dan cloud-native platform untuk skalabilitas dan analitik jangka panjang.

Di hari kedua, Selasa, 28 Oktober 2025, Tim Pakar melanjutkan kunjungan ke Universitas Telkom, tempat prototipe SBMS dipamerkan dalam bentuk sistem nyata yang terhubung dengan modul baterai lithium ion.

Baca Juga:  Hadiri Puncak HPN, Nana Sudjana: Pers Harus Independen, Bertanggung jawab & Profesional

Menurut Prof. Mudjiastuti, melalui workshop interaktif, tim mengevaluasi Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT), keandalan sistem, serta potensi komersialisasi di sektor transportasi, energi terbarukan, dan industri manufaktur.

SBMS dirancang untuk memantau kondisi baterai secara real-time mulai dari tegangan, arus, suhu, hingga state-of-charge (SoC) dan state-of-health (SoH) dengan akurasi tinggi.

”Sistem ini juga mampu memprediksi potensi kegagalan, mengoptimalkan pengisian/pelepasan daya, dan mencegah thermal runaway yang berisiko menyebabkan kebakaran,” ungkapnya.

Dia menambahkan, yang membedakan SBMS dari sistem konvensional adalah pendekatan hybrid cloud-edge yang memungkinkan, respons instan di perangkat edge untuk keputusan kritis (misalnya, pemutusan arus saat overheat),analisis data mendalam di cloud untuk prediksi jangka panjang dan perawatan preventif.

Baca Juga:  Masyarakat Demak Antusias Hadapi Pemilu Susulan

Prof. Mudji mengatakan, hasil kajian Tim Pakar akan menjadi dasar rekomendasi kepada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi terkait potensi pendanaan lanjutan, skema kemitraan industri, serta kebijakan regulasi pendukung.

Dengan dukungan ekosistem inovasi yang kuat melibatkan akademisi, BUMN, dan perguruan tinggi SBMS berpotensi menjadi tulang punggung infrastruktur energi bersih Indonesia.

”Kami melihat SBMS sebagai jawaban atas tantangan utama dalam ekosistem kendaraan listrik: keandalan dan keamanan baterai,” kata Prof. Mudjiastuti.

Dia menambahkan, inovasi itu selaras dengan visi Indonesia Emas 2045 dan layak didorong menjadi standar nasional.

”Dengan langkah konkret seperti ini, kolaborasi riset perguruan tinggi industri pemerintah semakin menunjukkan perannya sebagai penggerak transformasi teknologi hijau dan kedaulatan energi nasional,” tandasnya.***(bgy)