Perluas Cakrawala Budaya, FISIP UNDIP Dorong Mahasiswa Pahami Kritik Film di Kancah Dunia

IMG-20251118-WA0009
Bagikan:

SEMARANG (Harianterkini.id) – Universitas Diponegoro (UNDIP) kembali menunjukkan komitmennya menuju kampus berkelas dunia melalui rangkaian kegiatan akademik dalam program World Class University (WCU).

Salah satu kegiatan yang menarik perhatian adalah kuliah umum bertema “Menulis Kritik atau Kajian Film: Membangun Argumen Estetika dalam Analisis Kontekstual Film” yang digelar Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP, belum lama ini.

Hadir sebagai narasumber utama, Tito Imanda, Ph.D., Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan Badan Perfilman Indonesia (BPI), membedah bagaimana kritik film bukan sekadar ulasan, melainkan medium literasi budaya sekaligus ruang refleksi sosial yang semakin relevan di era digital.

Baca Juga:  Gubernur Syamsuar Dukung Program Taspen Untuk Kesejahteraan ASN di Riau

“Film adalah bahasa universal yang merekam kompleksitas kehidupan manusia. Dengan menulis kritik, kita turut membaca dan membingkai kembali dunia yang direpresentasikan di layar,” ujar Tito.

Pandangan tersebut sejalan dengan tujuan kegiatan yang diinisiasi oleh KBK Media, Budaya, dan Gender FISIP UNDIP. Ketua KBK, Dr. Hapsari Dwiningtyas Sulistyani, menegaskan bahwa kuliah umum ini menjadi bentuk ruang intelektual yang mempertemukan teori, praktik, dan kesadaran budaya dalam satu wadah pembelajaran.

Baca Juga:  Kontingen Jateng Disambut Hangat Pj Gubernur Usai Raih 260 Medali di PON XXI

“Kegiatan ini tidak hanya memperkaya wawasan mahasiswa, tetapi juga mempertegas peran universitas dalam membangun kepekaan sosial dan tanggung jawab intelektual. Kritik film adalah jembatan antara estetika dan etika akademik,” ungkapnya.

Lebih jauh, Dr. Hapsari menyebutkan bahwa penguatan literasi budaya merupakan pilar penting dalam mendorong UNDIP menjadi universitas berkelas dunia.

Baca Juga:  Program Makanan Bergizi Gratis Hadir untuk Tingkatkan Kualitas Gizi Masyarakat

“Dalam konteks World Class University, literasi budaya menjadi bagian penting dari diplomasi akademik. Melalui kajian film, mahasiswa belajar membaca perbedaan, memahami identitas, dan membangun empati lintas budaya,” ujarnya.

Melalui kegiatan ini, UNDIP kembali menegaskan bahwa pendidikan tinggi tidak hanya berbicara tentang inovasi sains dan teknologi.

Penguatan humaniora, budaya, dan kemampuan membaca dinamika global juga menjadi fondasi penting dalam mencetak lulusan berkarakter dan berdaya saing internasional.***