Mahasiswa dan Dosen SCU Bahas Pelestarian Bangunan Bersejarah di Kota Semarang

SEMARANG (Harianterkini.id) – Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Soegijapranata Catholic University (SCU) berdiskusi tentang struktur dan bangunan cagar budaya di Kota Semarang.

Mereka mendiskusikan hal tersebut bersama dosen Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) SCU, Dr. Krispantono dalam Diskusi Bulanan (Disbul) Teknik Sipil SCU.

Kegiatan tersebut berlangsung pada Selasa, 2 Juli 2024. Bersama para dosen Program Studi Teknik Sipil dan FAD SCU, mereka berkumpul di Gedung Henricus Constant, Kampus 1 SCU Bendan.

Bersamaan dengan itu, sejumlah mahasiswa Program Studi Arsitektur SCU juga ikut berdiskusi dalam forum tersebut.

Studi Kasus Pasar Johar dan Gedung Pajak/Keuangan Negara Semarang

Baca Juga:  Midea Selenggarakan Campaign Untuk Konsumen Midea for My Dear di Akhir Tahun

Mengambil studi kasus pada Pasar Johar Semarang, Dr. Krispantono mencoba membuka rahasia bangunan cagar alam di Kota Semarang dapat tetap berdiri kokoh walau sudah dimakan waktu.

Dikenal sebagai pasar tradisional termegah di Kawasan Asia Tenggara, Dr. Krispantono menilai suhu dingin menjadi hal menarik yang bisa diulik dari Pasar Johar. Selain itu, ia juga melihat pasar ini tetap tidak kekurangan cahaya meskipun tidak ada lampu yang meneranginya.

“Tidak pakai AC tapi bisa dingin dan tidak pakai lampu tetapi terang. Bisa dikatakan sebagai zero energy karena tidak ada tenaga listrik di sana,” jelas Dr. Krispantono.

Baca Juga:  4 Cabor Sekaligus Diakomodir dalam Kerjasama KONI Kota Semarang dan Awann Group

Selain Pasar Johar, Dr. Krispantono juga melihat kasus serupa pada Gedung Pajak/Keuangan Negara yang terletak di Kawasan Kota Lama, Semarang. “Menjadi unik karena karakter bangunannya itu juga besar-besar dan merupakan khasnya di era kolonial,” ungkapnya.

Keunikan lainnya yang bisa ditemukan di kedua bangunan cagar budaya tersebut yaitu tidak adanya semen serta beton bertulang yang digunakan dalam strukturnya. Sebaliknya, bangunan tersebut hanya berupa dinding bata tebal yang disusun menjulang ke atas.

Hal ini ditemui dalam kasus bangunan cagar budaya lainnya yang sudah berdiri sebelum tahun 1915. Selepasnya, sudah banyak bangunan yang telah menggunakan rangka dalam strukturnya.

Baca Juga:  Antisipasi Lonjakan Penumpang, KAI Daop 4 Semarang Siapkan 63 Ribu Kursi untuk Libur Maulid

“Bukan hanya dindingnya, melainkan juga plat lantainya yang masih kuat dari 1800-an hingga sekarang. Jadi alasan kuatnya itulah yang coba kami bedah,” tambah Dr. Krispantono.

Diskusi Bulanan Teknik Sipil SCU

Koordinator Disbul Teknik Sipil SCU, Ir. Widija Suseno menilai topik ini revelan bagi mahasiswanya, mengingat struktur bangunan menjadi salah satu fokus dalam program studinya.

“Penting juga untuk melestarikan (bangunan cagar budaya) karena merupakan peninggalan dari masa kolonial. Kenyataannya bangunan tersebut masih kokoh dan kuat, penting untuk diketahui struktur dan bahan bangunannya seperti apa,” ujarnya.

About Author