Tanggapi Pembantaian Kucing di Krobokan Semarang, Pemilik Rumah Kucing Semarang Harap Regulasi Pemkot Cegah Penyiksaan Hewan

SEMARANG (Harianterkini.id) – Peristiwa penganiayaan dan penembakan kucing yang terjadi di Krobokan, Semarang, menimbulkan reaksi keras dari para pecinta kucing. Agustin Veronica, yang akrab disapa Cik Vero, seorang pecinta kucing dan pendiri Rumah Kucing Semarang serta pemilik akun Instagram @rumah_kucing_semarang, menyampaikan kekecewaan dan kesedihannya terhadap kejadian tersebut.

“Menanggapi peristiwa penganiayaan kucing di Krobokan, Semarang, kami sebagai pecinta kucing, hati kami ngenes dan sakit. Bagaimana perjuangan kami sebagai pelaksana, penyayang dan pecinta kucing yang tidak kenal lelah di lapangan, tapi faktanya di lapangan ada oknum masyarakat yang begitu jahatnya kepada kucing,” ujar Veronica dengan tegas.

Terkait hal tersebut, Pemilik Rumah Kucing Semarang mendesak untuk terbitnya regulasi menolak penyiksaan hewan khususnya anjing dan kucing.

“Rumah Kucing Semarang mendesak terbitnya perda menolak penyiksaan hewan khususnya anjing dan kucing.  Praktik penganiayaan hewan bertentangan dengan KUHP pasal 302 tentang Penelantaran dan Penganiayaan hewan,” kata Veronica kepada wartawan, Kamis (18/7).

Veronica juga menyoroti tingginya kasus penganiayaan kucing yang terjadi di lapangan.

“Kalau yang saya temukan di lapangan dalam satu bulan bisa 8-15 kucing yang teraniaya, tetapi kan 8-15 hanya dari yang kita temukan. Karena kita menemukan kasus dimana penganiayaan bisa lebih dari itu berdasarkan pantauan tim street feeding kami di lokasi,” bebernya.

Baca Juga:  Kunjungan Paus Fransiskus, Stasiun Jatinegara Jadi Pemberhentian Khusus KA dari Gambir pada 4-5 September 2024

Dalam pernyataannya, Veronica meminta perhatian dari Pemerintah Kota Semarang untuk memberikan”aturan yang kuat serta meminta kepada pemuka agama untuk memberikan pesan edukasi untuk mencintai hewan peliharaan.

“Kami memohon kepada Pemerintah Kota Semarang untuk mengerti hati kami, cat lover, untuk memberikan peraturan yang kuat, supaya ada pembelaan terhadap kucing-kucing ini. Selain itu, kami memohon kepada pemuka agama untuk memberikan edukasi kepada jemaatnya untuk mencintai dan tidak menganiaya hewan, karena bumi milik bersama,” ucap Veronica dengan penuh harap.

Veronica juga mengungkapkan bahwa pecinta kucing merupakan kelompok minoritas yang sering kali tidak mendapatkan perhatian yang cukup.

“Kami ini sebagai cat lover hanyalah minoritas. Tidak banyak orang yang melakukan aktivitas memberi makan kucing jalanan atau mencintai kucing jalanan, dan jumlah dari kami pecinta kucing dan anjing jumlahnya tidak banyak. Saya memohon kepada Pemkot Semarang untuk memberikan peraturan yang kuat mengenai penganiayaan hewan, karena kalau tidak, mereka akan teraniaya terus, mereka akan disiksa oleh orang yang tidak bertanggung jawab,” ungkap Veronica.

Selain itu, Veronica juga mengimbau Pemkot Semarang untuk menegaskan regulasi terkait larangan memakan daging anjing dan kucing.

Baca Juga:  Dengan Keterbatasan Lahan, Kelompok Tani Ternak Sido Makmur Gunungpati Raih Juara I Lomba KTT Sapi Perah Tingkat Jateng

“Saya juga menghimbau ke Pemkot Semarang untuk menegaskan regulasi terkait larangan untuk memakan daging anjing dan kucing, karena mereka bukan untuk makanan. Mereka adalah binatang yang setia dan mereka adalah bagian dari keluarga kita,” tegas Veronica.

Temuan Penganiayaan Kucing di Lapangan

Ditemani oleh Suami, Agung Martadi, Veronica menjelaskan terkait pengalamannya menemukan kasus-kasus penganiayaan kucing yang di lapangan, Veronica dan Tim menemukan berbagai kasus penganiayaan yang sangat mengerikan dan memilukan.

“Terjadi di Tlogosari Semarang, kaki kucing dipatahkan sama orang, tulang belakangnya patah tidak beraturan, sehingga diperlukan amputasi, tapi karena pendarahannya sudah agak lama sehingga tidak tertolong,” ungkap Veronica.

Kasus lain terjadi di Tanah Mas Semarang dimana terjadi pemukulan kucing yang mengakibatkan kelumpuhan.

“Kucing dipukul oleh seseorang dari belakang di punggungnya, sehingga kena sarafnya sehingga berjalan dengan kaki belakang ngesot. Akhirnya kakinya yang ini melingkar ke belakang. Ketika dilakukan tindakan oleh dokter hewan, kucingnya menangis, kucingnya mengeluarkan air mata, nah sampai akhirnya tidak tertolong juga,” beber Veronica.

Berlokasi di Pasar Waru Semarang, Veronica menemukan kucing dengan keadaan darah mengucur dan kakinya dipatahkan dengan alasan mencuri.

Baca Juga:  PLN Peduli Dukung Desa Tunggulpandean Dengan Program Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan

“Saya temukan juga di Pasar Waru, Kucing dengan keadaan darah mengucur, kakinya dipatahkan dengan alasan mencuri, namun kucing ini bisa selamat, namun sangat sulit untuk penyembuhannya,” ucap Veronica

Kasus yang tak kalah menyedihkan ditemukan di daerah Syuhada, Semarang, dimana terjadi penembakan kucing dengan senapan angin .

“Saya menemukan juga kucing ini tertembak peluru di daerah Syuhada, dimana peluru mengenai bagian saraf tulang belakang dan tidak bisa dikeluarkan melalui tindakan dokter, membuatnya lumpuh. Juga kondisi ini testisnya pecah, sehingga ketika berjalan testisnya mengenai tanah dan tergesek dengan aspal, hal tersebut membuat kucing tersebut tidak bisa mengeluarkan tinja, sehingga harus suntik sehingga bisa mengeluarkan tinja,” beber Veronica

“Di daerah Syuhada ini awalnya kucingnya banyak untuk kita beri makanan di jalan, akan tetapi tiba-tiba saya temukan habis dan yang saya temukan hanya menyisakan satu yaitu kucing dan tertembak peluru,” tambahnya.

Lebih lanjut, Veronica berharap agar kejadian-kejadian ini dapat membuka mata semua pihak dan mendorong adanya tindakan tegas untuk melindungi hewan-hewan ini dari kekejaman yang terus berlangsung.

About Author