Api Disetrum, Gema ke Dunia
FOTO ISTIMEWA : Pekerja tengah mengoperasikan mesin produksi briket yang beralih ke energi listrik PLN.
SEMARANG (Harianterkini.id) – Pagi itu, aroma batok kelapa yang baru dibakar menyambut siapa pun yang melangkah ke pabrik briket di Ungaran, Kabupaten Semarang.
Asap tipis mengepul dari tumpukan bahan baku, sementara suara mesin penggiling berdentum ritmis dari kejauhan.
Di balik hiruk-pikuk itu, seorang pria berkaus abu-abu sedang menyalakan saklar besar di dinding utama.
Seketika lampu menyala terang, dan mesin-mesin mulai berdengung serempak.
Pria itu adalah Suyono (45), pemilik pabrik briket Berkah Jaya. Ia menatap mesin-mesin listrik yang kini menjadi jantung usahanya dengan mata berbinar dengan sebuah pandangan penuh rasa syukur sekaligus kebanggaan.
“Dulu suara pabrik ini lebih keras, berisik, dan penuh asap solar. Sekarang, listrik dari PLN bikin semuanya lebih tenang,” ujarnya, saat dijumpai di Semarang, Selasa (14/10).
Bagi Suyono, listrik bukan sekadar daya penggerak mesin, melainkan simbol perubahan besar.
Dulu, pabrik kecilnya bergantung penuh pada bahan bakar solar diesel untuk menjalankan produksi.
Setiap bulan, ia harus menyiapkan puluhan drum solar hanya untuk menyalakan mesin pengering dan pengepres batok kelapa.
“Kalau dihitung-hitung, dulu biaya solar bisa sampai Rp 40 juta per bulan. Itu baru bahan bakarnya, belum lagi perawatan mesin diesel yang cepat rusak,” kenangnya sambil menggeleng.
Namun, tahun lalu segalanya berubah. Melalui program tarif khusus untuk industri kecil dari PLN, Suyono memutuskan mengambil langkah beralih sepenuhnya ke listrik PLN untuk seluruh proses produksinya.
Awalnya, ia ragu, banyak teman-temannya sesama pelaku usaha kecil yang mengatakan biaya listrik bisa membengkak.
Tapi setelah PLN menjelaskan tentang tarif industri yang efisien, dan menawarkan sistem Smart Meter untuk pemantauan otomatis, Suyono akhirnya mantap mencoba.
Dari Solar ke Listrik
Proses transisi tidak mudah. Suyono harus mengganti beberapa mesin utama agar kompatibel dengan tenaga listrik.
Ia juga memasang instalasi daya tambahan 82 kVA agar produksi tetap stabil. Namun, hasilnya langsung terasa di bulan pertama.

“Tagihan listrik memang naik di awal karena adaptasi, tapi total pengeluaran justru turun hampir separuh,” ujarnya.
Kini, dengan pasokan listrik stabil dari PLN, Berkah Jaya bisa memproduksi rata-rata 3,5 ton briket per hari, meningkat dari sebelumnya hanya 2 ton.
Mesin-mesin listrik mampu bekerja lebih presisi dan cepat. Proses pengeringan bahan baku yang dulu memakan waktu 10 jam kini hanya butuh 6 jam.
“Dengan listrik, suhu mesin bisa diatur lebih stabil. Briket yang dihasilkan pun kualitasnya lebih seragam dan kering sempurna,” jelas Nurul (32), salah satu pekerja bagian pengemasan.
Selain efisiensi waktu dan biaya, perubahan paling terasa adalah lingkungan kerja yang lebih sehat.
Tidak ada lagi bau solar atau asap tebal yang menyesakkan dada. Para pekerja kini bisa bekerja tanpa masker tebal, dan dinding pabrik tak lagi hitam oleh jelaga.
“Saya dulu sering batuk karena asap solar. Sekarang lebih nyaman, suara mesin juga halus. Kalau hujan pun listrik tetap stabil, nggak khawatir mati,” tambah Nurul sambil menata kardus berisi briket siap ekspor.
Dampak Ekonomi yang Menyala
Transformasi energi itu ternyata membawa dampak lebih luas daripada yang dibayangkan Suyono. Dengan biaya produksi yang menurun, ia bisa menambah jumlah tenaga kerja dari 25 menjadi 40 orang, sebagian besar warga desa sekitar.
“Sebelum ada listrik PLN, kami cuma bisa kerja satu shift. Sekarang dua shift penuh, pagi sampai malam. Banyak tetangga yang akhirnya ikut kerja di sini,” ujar Jumari (38), operator mesin pengepres.
Suyono pun memperluas jaringannya hingga ke desa tetangga. Ia menggandeng para petani dan pengepul batok kelapa untuk memasok bahan baku secara rutin.
Dengan begitu, rantai ekonomi ikut bergerak. “Setiap kilogram batok kelapa yang mereka jual, sebagian jadi rezeki buat mereka juga,” katanya.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menyampaikan, saat ini Indonesia tengah melakukan transformasi besar untuk mewujudkan swasembada energi yang berkelanjutan.

“Kami ditugaskan oleh pemerintah melalui Kementerian ESDM untuk menyediakan energi yang terjangkau dan andal, namun pada saat yang sama juga mengurangi emisi gas rumah kaca,” ujarnya di Jakarta, belum lama ini.
Dengan menyediakan energi yang terjangkau ini, pihaknya akan mengundang lebih banyak investasi, menciptakan lebih banyak lapangan kerja, dan menghapus kelaparan.
“Termasuk memberantas kemiskinan, mempercepat pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan kesejahteraan bagi rakyat,” tuturnya.
Menembus Pasar Dunia
Berkat kestabilan energi dari PLN, Berkah Jaya kini berani mengambil kontrak ekspor rutin.
Briket produksi mereka dikirim ke Eropa dan Timur Tengah, dua pasar yang ketat soal standar lingkungan. Di sana, produk energi alternatif seperti briket batok kelapa sangat diminati karena dianggap ramah lingkungan dan rendah karbon.
“Negara-negara seperti Jerman dan Arab Saudi itu detail sekali. Mereka tanya sumber energi pabrik kami dari mana. Begitu tahu kami pakai listrik PLN yang sebagian disuplai dari EBT, mereka senang,” cerita Suyono.
Permintaan meningkat hingga 30 persen sejak awal tahun 2025.
Menurut Suyono, listrik PLN bukan hanya sumber energi, tapi juga nilai jual global.
“Kalau masih pakai solar, mungkin kami dianggap tidak ramah lingkungan. Tapi sekarang, produk kami punya cerita seperti dari desa kecil di Ungaran, menyalakan kompor ramah lingkungan di negara lain,” ujarnya bangga.
Energi Listrik, Energi Kehidupan
Di balik angka efisiensi dan ekspor yang membanggakan, ada wajah-wajah pekerja yang kehidupannya ikut berubah. Salah satunya Yati (41), ibu dua anak yang kini bekerja di bagian kontrol kualitas.
Sebelum pabrik memperluas operasionalnya, Yati hanya membantu suaminya di sawah dengan penghasilan tak menentu.
“Sekarang saya punya gaji tetap tiap bulan. Anak saya bisa sekolah tanpa nunggak. Semua karena pabrik tambah maju,” ujarnya sambil tersenyum.
Cerita serupa datang dari Andri (27), operator mesin pengering. Ia sebelumnya merantau ke Kalimantan sebagai buruh pabrik kayu. Setelah tahu Berkah Jaya membuka lowongan, ia memilih pulang.
“Ternyata di kampung sendiri juga bisa kerja di industri modern. Dan saya bangga karena ini pabriknya bersih, nggak polusi,” katanya.
Perubahan ini menunjukkan bahwa energi listrik bukan hanya soal daya, tapi juga daya hidup.
Ketika listrik masuk ke industri kecil, ia menyalakan bukan hanya lampu pabrik, melainkan juga mimpi-mimpi pekerja di sekitarnya.
Menuju Ekonomi Rendah Karbon
Transformasi Berkah Jaya adalah potret kecil dari langkah besar Indonesia menuju ekonomi rendah karbon. Dengan mengganti solar menjadi listrik, pabrik ini berhasil menekan emisi karbon hingga 70 persen dari total penggunaan energi sebelumnya.
Menurut data PLN, setiap liter solar yang digantikan listrik mengurangi sekitar 2,68 kilogram CO₂.
Jika dihitung rata-rata penghematan Berkah Jaya mencapai 2.000 liter solar per bulan, artinya sekitar 5,3 ton CO₂ emisi berhasil ditekan setiap bulan.
Dalam setahun, angka itu bisa mencapai lebih dari 63 ton CO₂ hal itu setara dengan serapan 3.000 pohon dewasa.
Harapan yang Menyala
Menjelang sore, sinar matahari menembus atap seng pabrik, memantulkan kilau lembut pada tumpukan briket hitam legam di pojok ruangan.
Di antara aroma khas batok kelapa yang baru matang, Suyono berdiri sambil memandangi hasil kerja timnya hari itu ratusan kardus briket siap kirim.
“Kalau dulu saya takut mati lampu, sekarang justru saya takut kehabisan bahan baku,” ujarnya berseloroh, menandakan betapa besar perubahan yang telah terjadi.
Ia masih ingat masa-masa sulit ketika harga solar naik dan pasokannya langka. Mesin berhenti, pesanan tertunda, dan pekerja terpaksa dirumahkan.
Kini, listrik PLN mengubah segalanya. Produksi stabil, permintaan meningkat, dan harapan terus menyala.
“Listrik itu bukan cuma soal terang, tapi soal masa depan. Lihat saja, dari batok kelapa bisa lahir rezeki untuk banyak orang,” katanya sambil menepuk pundak salah satu pekerja muda.
Di luar pabrik, suara anak-anak bermain bersahutan dengan dengung lembut mesin-mesin listrik di dalam.
Tidak ada lagi asap tebal atau bau solar menyengat. Hanya ada udara hangat, aroma kayu, dan semangat baru yang tumbuh dari jantung industri kecil di Ungaran.
Transformasi Berkah Jaya membuktikan bahwa ketika energi bersih hadir, ekonomi pun tumbuh, masyarakat berdaya, dan dunia menatap Indonesia dengan kagum.
Dari desa kecil di kaki Gunung Ungaran, listrik PLN tak sekadar menghidupkan pabrik briket tetapi menyalakan harapan, satu batok kelapa, satu kilowatt, satu masa depan sekaligus. (Bintang)
