Ustadz Alfian Tanjung: Jawa Tengah Butuh Pemimpin Tanpa Tindakan Represif
SEMARANG (Harianterkini.id) – Ustad Alfian Tanjung memberikan pandangan terkait kebutuhan kepemimpinan di Jawa Tengah, yang menurutnya harus mampu memberikan kepercayaan kepada masyarakat tanpa menimbulkan luka akibat tindakan represif, Sabtu (23/11).
Dalam wawancara bersama wartawan, Ustadz Alfian mengungkapkan bahwa Jawa Tengah membutuhkan kepemimpinan yang mampu menghindari tindakan represif yang dapat melukai masyarakat.
“Jawa Tengah membutuhkan kepemimpinan yang sebetulnya bisa memberikan keyakinan bahwa tindakan represif yang melukai, menimbulkan luka, tidak terjadi lagi. Desa Wadas menjadi salah satu daerah yang menjadi soal,” ujar Alfian.
Ustadz Alfian menegaskan bahwa kehadirannya di forum Andika-Hendi bukanlah bentuk dukungan kepada pasangan calon tertentu, melainkan untuk menunjukkan sikap politik aktif.
“Kalau saya sebagai orang yang kebetulan aktif dalam gerakan politik secara nasional, pilihan saya untuk tetap hadir di acara Andika sebagai bentuk ketidaksepakatan untuk menjadi golput. Yuk, kita ada dua pilihan; keduanya merupakan orang Indonesia yang punya nilai kebaikan, serta ada alasan untuk dipilih dan tidak dipilih,” tuturnya.
Ia menjelaskan bahwa kehadirannya dalam forum bukan berarti ia memberikan dukungan penuh kepada salah satu calon, tetapi sebagai bentuk penyampaian pesan kepada masyarakat.
“Posisi kehadiran di sana bukan maksud untuk dukung-mendukung, yang lalu dimaknai sebagai ‘Ayo pilih nomor sekian’, tentu bukan. Kita ingin keberadaan pemimpin ketika dipilih, dia adalah memimpin seluruh warga,” tegas Alfian.
Pertemuan Solo dan Dukungan Moral dari Ulama Solo Raya
Sebelum hadir di acara tersebut, Alfian sempat berkonsultasi dengan para ulama di Solo Raya.
“Sebelum saya hadir di acara Andika-Hendi, di sana tentu ada pak Teguh Prakosa dan Bambang ‘Gage’. Saya juga bertemu dengan orang yang dituakan dalam gerakan keulamaan di Solo Raya. Saya tanyakan kepada beliau-beliau, ‘Bagaimana pak ustadz, pak kyai?’ Saya diminta hadir saja ke sana sebagai bentuk bahwa kita punya atensi dan harapan,” jelasnya.
Ia memandang bahwa kehadirannya di forum tersebut adalah bentuk keprihatinan kepada negara terhadap kurangnya otonomi untuk melahirkan generasi pemimpin-pemimpin untuk mengelola sumber daya alam, memperkerjakan warga sendiri.
Selain itu Alfian menegaskan harapannya agar siapapun yang terpilih nantinya dapat memimpin Jawa Tengah dengan visi yang jelas dan keberpihakan pada rakyat.
“Kedatangan saya ke forum tersebut adalah untuk memberikan sedikit ‘clue’, ada yang bisa dipertimbangkan. Saya hadir sebagai pilihan dan menyampaikan pesan bahwa siapapun yang menjadi Gubernur di Jateng, Anda punya kewajiban sebagai negara berpancasila,” tutupnya.