KPR Masih Jadi Pilihan Masyarakat untuk Membeli Rumah, Ini Alasannya

images - 2023-02-23T140007.175
Bagikan:

JAKARTA (Harianterkini.id) – Bank Indonesia (BI) dalam Survei Harga Properti Residensial (SHPR) triwulan IV 2022, mencatat bahwa skema pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih menjadi pilihan utama konsumen atau masyarakat dalam pembelian properti residensial.

“Skema pembayaran KPR masih menjadi pilihan responden dalam melakukan pembelian rumah primer dengan pangsa pasar sebesar 75,03 persen dari total pembiayaan,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, pada Rabu (22/2).

Baca Juga:  Indonesia Jadi Tuan Rumah Penyelenggaraan Forum Konsultasi Hukum Asia-Afrika

Selain itu, untuk skema pembayaran tunai bertahap sebanyak 18,22 persen dan secara tunai 56,75 persen. Pertumbuhan total nilai kredit KPR dan KPA (Kredit Pemilikan Apartemen) secara triwulan tercatat sebesar 7,79 persen atau sedikit meningkat dibanding 7,73 persen pada triwulan sebelumnya. Meski begitu, penyaluran KPR dan KPA tercatat 2,77 persen melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,27 persen.

Baca Juga:  Tiket KA Lebaran Sudah Bisa Dipesan, Rencanakan Perjalanan Mudik Anda dengan Baik

Pencairan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) pada triwulan IV 2022 tercatat Rp8,03 triliun atau meningkat 250,93 persen, kembali tumbuh positif dari terkontraksi sebesar -10,02 persen pada triwulan sebelumnya.

Kemudian, pembiayaan non perbankan juga masih menjadi sumber pembiayaan utama pembangunan properti residensial bagi pengembang. Hal ini tercatat sebanyak 72,51 persen dari total kebutuhan modal pembangunan bersumber dari dana internal.

Baca Juga:  Berlangsung Meriah! Kampung Toleransi Kenconowungu I Rayakan HUT Ke-7 dengan Syukuran dan Kenang Kasus Kriminalisasi

Sumber alternatif pembiayaan lainnya yang menjadi preferensi pengembang untuk pembangunan rumah primer antara lain pinjaman perbankan dan pembayaran dari konsumen dengan proporsi masing-masing sebesar 16,90 persen dari total modal.

Berdasarkan komposisi dana internal, porsi terbesar berasal dari laba ditahan (39,24 persen) diikuti modal disetor (56,75 persen).