PLN Kunjungi Pemkab Kuningan Bahas Pembangunan PLTA Matenggeng
BANDUNG (Harianterkini.id) – PT PLN (Persero) terus mengakselerasi pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk mendukung agenda transisi energi di Indonesia. Salah satu upayanya yaitu dengan menambah pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Saat ini, PLN tengah merealisasikan pembangunan PLTA Matenggeng yang lokasinya berada di Jawa Barat dan Jawa Tengah, tepatnya di wilayah Kabupaten Kuningan, Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap.
PLN Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah (UIP JBT) sebagai Unit PLN yang akan mengelola pembangunan pembangkit ramah lingkungan tersebut mulai menjalankan koordinasi untuk berkolaborasi dan bersinergi dengan Pemerintah Kabupaten Kuningan yang merupakan area terluas dari wilayah pembangunan PLTA Matenggeng. Pertemuan ini dihadiri oleh Bappeda Kab. Kuningan serta Jajaran Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan. Pertemuan ini dipimpin langsung oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kuningan, Ir. Usep Sumirat.
Usep menyebut bahwa pihaknya beserta dengan seluruh perangkat daerah siap mendukung pembangunan yang akan dijalankan di Kabupaten Kuningan termasuk pembangunan PLTA Matenggeng. Terlebih lagi saat ini, di wilayah Kuningan juga sedang dibangun Waduk Matenggeng sehingga pihaknya menginginkan agar waduk tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal.
“Kami siap berkolaborasi dengan PLN untuk pembangunan PLTA Matenggeng. Kami sadar bahwa listrik sudah menjadi salah satu kebutuhan utama masyarakat. Selain itu, kami juga berharap agar melalui pembangunan proyek ini juga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar,” pungkas Usep.
Sementara itu PLH General Manager PLN UIP JBT, Kunto Nugroho menyambut baik kolaborasi ini. Kunto menegaskan PLN memiliki komitmen untuk memitigasi dampak perubahan iklim dengan menyediakan listrik dari sumber daya yang ramah lingkungan.
“Energi Baru Terbarukan (EBT) adalah kunci untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada 2060. Oleh karena itu, saat ini kita kejar peningkatan porsi pembangkit dengan EBT, salah satunya melalui PLTA Matenggeng,” kata Kunto.
Kunto mengatakan bahwa transisi energi tidak bisa dijalankan oleh PLN sendiri. Sebagai lokomotif transisi energi, PLN terus membangun kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mencari solusi dari tantangan yang ada.
“Proses transisi energi ini merupakan hal yang besar dan sangat positif untuk Indonesia bahkan untuk dunia. Peralihan pengunaan energi ke EBT membutuhkan kerja sama dan kolaborasi dari setiap pihak baik unsur pemerintah, swasta dan juga masyarakat. Oleh karena itu kami mohon dukungannya agar pembangunan PLTA Matenggeng ini dapat berjalan sesuai rencana,” tutur Kunto.
Kunto juga turut mengapresiasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang telah banyak berkontribusi terhadap penambahan pembangkit berbasis Energi Baru Terbarukan di Indonesia.
“Kami juga sangat mengapresiasi seluruh jajaran Pemerintah Provinsi Jawa Barat hingga Pemerintah di Kabupaten / Kota atas kontribusinya terhadap penambahan pembangkit EBT di Jawa Barat. Seperti yang kita ketahui sudah ada PLTA dan PLTS Cirata, PLTA Saguling, PLTA Rajamandala, dan yang terbaru yang baru selesai kemarin adalah PLTA Jatigede,” ungkap Kunto.
Kunto juga mengungkapkan bahwa saat ini PLN tidak hanya berfokus pada pada penyediaan listrik semata, melainkan juga terhadap aspek lingkungan yang berkelanjutan. Berbagai upaya telah dilakukan dalam mendorong transisi energi di Indonesia mulai dari menambah kapasitas pembangkit EBT, mendorong implementasi co-firing, hingga menyediakan kebutuhan listrik bersih melalui layanan Renewable Energy Certicifate (REC).
PLTA Matenggeng akan dibangun dengan kapasitas 943 Mega Watt (MW). PLTA Matenggeng adalah adalah PLTA kedua setelah PLTA Upper Cisokan yang akan menggunakan sistem pumped storage dimana akan ada dua bendungan (bendungan atas dan bendungan bawah).
Nantinya, pada saat kebutuhan listrik tinggi, misalnya pada siang hari, air pada bendungan atas akan mengalir ke bendungan bawah untuk mengaktifkan listrik pada generator melalui turbin yang digerakkan oleh air pada pipa tersebut.
Namun, ketika kebutuhan listrik rendah, misalnya pada malam hari dan akhir pekan, air akan dipompa oleh generator melalui pipa dari bendungan bawah ke bendungan atas untuk ditampung kembali.