Pemprov Jateng Dukung Jamu dan Kuliner Tradisional sebagai Fondasi “Wellness Tourism”
SALATIGA (Harianterkini.id) – Semangat Hari Jadi ke-79 Provinsi Jawa Tengah turut menular ke sektor jamu dan kuliner tradisional. Hal ini tampak dalam kegiatan “Bincang Pariwisata: Jamu dan Kuliner Tradisional sebagai Fondasi Wellness Tourism di Jawa Tengah” yang diselenggarakan di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga pada Senin (19/8/2024).
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Jawa Tengah, Agung Hariyadi, menegaskan bahwa Jawa Tengah memiliki kekayaan kuliner dan varian jamu yang tersebar di berbagai daerah. Potensi besar ini, menurutnya, harus dikelola dengan baik agar dapat memberikan kontribusi terhadap perekonomian melalui pengembangan wisata bertema kesehatan atau wellness tourism.
“Jamu tumbuh secara alami di berbagai wilayah Jawa Tengah. Pemerintah berperan penting dalam memastikan bahwa produk jamu dapat menjadi bagian dari industri pariwisata, khususnya dalam tema wisata sehat,” ungkap Agung di hadapan peserta kegiatan.
Agung menjelaskan bahwa konsep wellness tourism di Jawa Tengah tidak hanya berfokus pada objek wisata, tetapi juga pada penyajian jamu dan kuliner sehat yang lezat. Surakarta saat ini menjadi proyek percontohan wisata sehat, yang juga diterapkan di beberapa daerah lain seperti Tegal, Brebes, dan Purwokerto.
“Kami ingin mengembangkan jamu dan kuliner tradisional dengan kemasan yang lebih menarik dan modern, serta terus mengedukasi masyarakat bahwa jamu adalah produk herbal yang menyehatkan,” lanjutnya.
Pemerintah juga mendorong pelaku usaha jamu untuk lebih responsif terhadap pasar, dengan memperbaiki paradigma bahwa jamu adalah produk yang sehat dan aman. “Tugas kita adalah meyakinkan konsumen melalui pengujian dan sertifikasi, agar mereka yakin bahwa jamu aman untuk dikonsumsi,” tegas Agung.
Sementara itu, dalam rangka memperkuat pariwisata, jamu akan dikemas menjadi bagian dari paket wisata. Sebagai contoh, di Solo, para wisatawan dapat menikmati pengalaman membuat jamu secara langsung, yang kemudian dapat dinikmati dan dibawa pulang sebagai oleh-oleh.
Stefanus Handoyo, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Jamu Jawa Tengah, menyatakan pentingnya modernisasi jamu tradisional agar lebih relevan dengan tren saat ini, seperti penyajiannya di kafe.
“Industri ini mulai bangkit kembali sejak pandemi, dan kita akan terus berusaha mengembangkan jamu agar lebih modern,” ujar Stefanus.
Senada dengan itu, Instruktur LKP Boga Jepara Culinary School, Muhammad Rozikin, menambahkan bahwa kemasan dan promosi melalui media sosial sangat penting untuk memodernisasi jamu tradisional.
“Pengemasan yang baik dan promosi yang maksimal akan membantu jamu lebih diterima oleh generasi muda,” jelas Rozikin.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa jamu dan kuliner tradisional Jawa Tengah memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai fondasi dari wellness tourism yang mendukung kesehatan dan perekonomian masyarakat.