Menteri ESDM Tegaskan Komitmen Indonesia Dalam Mencapai Nol Emosi Karbon
JAKARTA (Harianterkini.id) – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ir. Arifin Tasrif menegaskan komitmen Indonesia untuk mencapai nol emisi karbon (Net Zero emission/NZE) melalui peta jalan yang sudah dibuat, Minggu (19/5).
“Kami telah mengembangkan Peta Jalan NZE di sektor energi untuk mencapai target emisi dan melaksanakan transisi energi bersih,” ujar Menteri ESDM Ir. Arifin Tasrif.
Menurut Ir. Arifin Tasrif, berdasarkan Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) atau kontribusi yang sudah disepakati, Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi dari 29 persen menjadi 32 persen pada tahun 2030.
Melalui komitmen itu sektor energi diharapkan bisa menyumbang pengurangan emisi sebesar 358 juta ton karbon (Co2) yang sebelumnya hanya ditargetkan sebesar 314 juta ton.
Adapun peta jalan tersebut mencakup pengembangan energi terbarukan, program pengurangan karbon, penghentian dini pembangkit listrik tenaga batu bara, elektrifikasi, langkah-langkah dan praktik efisiensi energi, serta penerapan teknologi carbon capture storage (CCS) dan carbon capture utilization, and storage (CCUS).
Ir. Arifin Tasrif menyampaikan saat ini ada beberapa program yang tengah dijalankan lembaga yang dipimpinnya untuk mendukung peta jalan NZE itu, seperti pengembangan infrastruktur interkoneksi listrik, infrastruktur pipa gas, dan eksplorasi gas alam secara masif.
Meski demikian dirinya mengungkapkan masih terdapat tantangan dalam memenuhi target peta jalan yang sudah dibuat, antara lain yakni pembiayaan, pengembangan teknologi, serta optimalisasi penggunaan energi terbarukan dalam negeri.
Sehingga apabila tantangan tersebut bisa teratasi, maka transisi energi konvensional ke energi terbarukan bisa membawa dampak berkesinambungan (multiplier effect) bagi kesejahteraan masyarakat.
“Kita harus memastikan bahwa program transisi energi bersih dapat memberikan dampak positif yang berharga bagi masyarakat. Kami mengharapkan kerjasama yang lebih kuat antara negara-negara berkembang dan kurang berkembang agar dapat mempercepat program sehingga tidak ada yang tertinggal,” tutupnya.