Ketua PC GP Ansor Semarang Merespon Isu Agama Yang Beredar Melalui SMS Jelang Pilwalkot 2024

SEMARANG, (Harianterkini.id) – Ketua PC GP Ansor Kota Semarang, Abdurrahman merespon beredarnya SMS yang tersebar di kalangan warga terkait isu agama dalam Pemilihan Walikota (Pilwalkota) Semarang.

Isi pesan SMS tersebut salah satunya menyinggung perbedaan keyakinan salah satu calon walikota Semarang. Terkait dengan hal tersebut, masyarakat diminta agar tidak terprovokasi dengan pesan itu.

Abdurrahman juga meminta agar tidak ada lagi pihak-pihak yang menggunakan isu agama demi kepentingan politik.

“Tolong jangan lakukan black campaign seperti SMS yang tersebar itu. Karena takutnya SMS seperti itu malah jadi boomerang yang membuat orang jadi tidak simpatik,” kata Abdurrahman kepada wartwan, di Semarang, Selasa, 19 November 2024.

Abdurrahman kemudian juga mengajak pihak-pihak yang berkecimpung dalam menjaga kerukunan umat antar agama agar aktif di momen Pilkada seperti sekarang ini.

Baca Juga:  Jateng Siap Laksanakan Pilkada Serentak 2024, Targetkan Lebih dari 82 Persen Pemilih

“Untuk menjaga kerukunan antar umat beragama kan sudah ada FKUB dan Persaudaraan Lintas Agama (PELITA) harus berkontribusi aktif menjaga kerukunan ini. Karena berdirinya bangsa ini dengan bhineka Tunggal Ika ini sudah dengan susah payah dimerdekakan oleh leluhur kita,” jelasnya.

Tak hanya itu, pihaknya juga mengungkapkan bahwa, terkait pilwakot 2024 semestinya fokus untuk mensejahterakan masyarakat, melakukan Pembangunan, memajukan bangsa, terutama Kota Semarang.

“Kita fokus saja di situ jangan main isu agama. Supaya bangsa yang terus kita doakan sebagai “Baldatun Thoyyibatun warabbun Ghofur” (Negara Terbaik yang Penuh Ampunan dari Tuhan) ini menjadi maju dan makmur,” ungkapnya.

Abdurrahman mengatakan bahwa kita diajarkan berpolitik secara harmonis sebagai upaya memilih pemimpin terbaik dari yang terbaik.

Dia mencontohkan dulu ketika pemilu pertama tahun 1955 saat NU berdiri sebagai partai Bersama PNI dan PKI.

Baca Juga:  Rayakan Kedatangan Paus Fransiskus, Sivitas Akademika SCU Ikuti Misa Akbar Apostolik

Bung Karno sebagai presiden menyatukan ketiga partai tersebut dalam satu ideologi yang namanya NASAKOM (Nasionalis Agamis dan Komunis).

“Apakah saat itu NU menolak?,” ujar Abdurrahman.

“Semua kiai NU menerima sampai dikeluarkan dekrit presiden oleh Bung Karno untuk diganti dengan sistem demokrasi terpimpin,” tuturnya.

Abdurrahman mengatakan alasan Kenapa NU mau menerima Nasakom, karena Inggris Bersiap menyerang Indonesia melalui Malaysia.

“Dan bung Karno butuh persatuan bangsa untuk menghadapi serangan Inggris tersebut yang akhirnya tidak jadi karena kuatnya persatuan bangsa,” pungkasnya.

Kemudian, Abdurrahman melanjutkan, di masa Orde Baru kepemimpinan Soeharto yang mendeklarasikan Pancasila sebagai asas Tunggal supaya tidak ada lagi perpecahan antar anak bangsa.

Maka Muktamar NU 1984 di Situbondo menyatakan bahwa NU menerima asas Tunggal Pancasila secara mutlak.

Baca Juga:  GIIAS Semarang 2024, Komunitas Mobil Rayakan Hari Terakhir dengan Penghargaan Spesial!

“Artinya, yuk warga NU kembali ke Sejarah. Karena kita warga negara Indonesia berdiri Bersama di atas Pancasila dengan memiliki hak dan kedudukan yang sama serta mempunyai hak memilih dan dipilih,” tandanya.

Abdurrahman menegaskan jika masih saja menggunakan isu agama dalam kontestasi politik, maka peradaban Indonesia akan mundur.

“Maka kemudian kalo ada yang digoreng-goreng perihal perbedaan agama hanya sekedar berebut kekuasaan. Maka peradaban kita mundur. Padahal kita sudah menerima asas Tunggal Pancasila,” tegasnya.

“Kalau sekedar berbeda pilihan ya silahkan, tapi pakailah cara-cara yang elegan dengan tidak mencederai Pancasila dan memecah belah umat,” bebernya.

“Jadi karena ini Pilkada hanya sebentar sebagai upaya mencari pemimpin terbaik, jangan dipakai sebagai ajang memecah belah umat,” tutupnya.***

Bagikan: